Yuk Ikuti Laman ini, Supaya tidak ketinggalan updatenya. Follow me : )

HILANGNYA PERTEMUAN EMOSIONAL DALAM PEMBELAJARAN DARING

https://www.ideapers.com/
 Pelaksanaan pendidikan saat ini terkena imbas virus covid-19. Pembelajaran yang dulu dilaksanakan dengan tatap muka berubah menjadi daring (online). Pembelajaran yang dulunya dinamis kini menjadi terasa monoton dengan keterbatasan yang terdapat dalam sistem daring. Ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi Pendidikan.

Setelah pandemi melanda sejak Februari 2020 hingga sekarang dan pembelajaran dari tingkat terendah sampai perguruan tinggi dilaksanakan secara daring, penulis banyak mendengar keluhan para orang tua yang seolah meronta dan mau teriak agar pembelajaran di sekolah dilaksanakan secara luring khususnya pada pendidikan tingkat dasar sampai menengah atas. Para orang tua gelisah dan kewalahan mendampingi anaknya yang melakukan pembelajaran daring. Ada banyak faktor penyebab kegelisahan orang tua tersebut yang tidak bisa kita bahas dalam tulisan pendek ini.

 Kita semua tahu bahwa Pendidikan tidak hanya berkonsentrasi pada transfer pengetahuan (transfer of knowledge) yakni menggarap aspek kognitif peserta didik agar menjadi lebih baik. Pendidikan juga menyasar aspek afektif dan psikomotorik peserta didik. Pertanyaannya adalah apakah dengan pembelajaran daring aspek afektif dan psikomotorik peserta didik bisa terjamah? Apakah dengan daring seorang Pendidik mampu mengontrol peserta didiknya dengan baik? Dengan berdasarkan pengalaman penulis meragukan itu.

 Guru-murid bertemu secara fisik

Dalam sebuah buku hadits, Al-Arba’in al-Nawawiyah, diceritakan bahwa ketika Rasulullah SAW duduk Bersama para sahabat datanglah seorang laki-laki yang berpakaian yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak ada tanda-tanda bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara sahabat yang mengenalinya. Laki-laki itu kemudian duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kedua lutut Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam. Laki-laki tersebut kemudian bertanya tentang islam, iman, ihsan dan kiamat. Untuk lebih lengkapnya hadits yang dimaksud bisa dilihat pada kitab al-Arba’in al-Nawawiyah karya Muhyiddin Yahya bin Syaraf Nawawi hadits kedua.

Dari penggalan cerita hadits tersebut yang ingin penulis highlight adalah menempelnya lutut seorang laki-laki (malaikat Jibril) dengan lutut Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam keadaan lutut kedua makhluq terpercaya tersebut menempel malaikat Jibril, sebagaimana dijelaskan dalam hadits, mengajarkan ilmu kepada Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam. Artinya malaikat Jibril sebagai guru dan Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat sebagai murid. Ini mengisyaratkan jika hendak melakukan aktifitas pendidikan pendidik dan peserta didik harus bertemu dan dekat secara fisik. Kenapa demikian? Karena dengan pertemuan fisik pendidik dan peserta didik bisa berinteraksi dengan leluasa. Pendidik bisa mengontrol dan membuat suasana pembelajaran sekondusif mungkin.

Hal lain yang terjadi saat keduanya bertemu secara fisik adalah terjadinya pertemuan emosi antara keduanya. Pendidik maupun peserta didik sama-sama bisa merasakan kondisi emosional satu sama lain. Pertemuan emosi ini tidak bisa terjadi dalam KBM secara daring apa lagi prosesnya menggunakan WA, Google Classroom dan aplikasi lain yang berbasis teks atau suara. Alih alih mengontrol dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, guru tidak tahu persis apa dan siapa yang dihadapi dalam aplikasi daring tersebut karena sangat mungkin yang mengoperasikan aplikasi daring atau yang merespon pertanyaan dan tugas, misalnya, adalah orang tua, saudara atau teman dari peserta didik. Sehingga yang belajar bukan peserta didiknya tapi orang lain.

Dalam aplikasi online yang berbasis audio video juga sama walaupun tingkat kontrolnya lebih mudah dari pada aplikasi berbasis teks. Ada banyak celah dalam aplikasi yang dimaksud untuk peserta didik bisa menyamar, seperti menggunakan background video. Dalam penggunaan fitur tersebut murid bisa menyamar seolah-olah dia aktif berada di depan kamera padahal tidak demikian karena sudah digantikan video yang dibuat sebelumnya dan ditampilkan dalam aplikasi.

 Melihat fakta dari celah-celah tersebut maka sekali lagi, tidak mungkin terjadi pertemuan emosional antara pendidik dengan peserta didik dalam proses pendidikan secara daring. Inilah penyebab kenapa pendidikan, sebagaimana penulis paparkan potongan hadits di atas, mensyaratkan pertemuan fisik antara kedua komponen pendidikan, yaitu pendidik dan peserta didik.

Oleh : Ihya' Ulumuddin (Dosen IAI Syarifuddin)

Post a Comment