Yuk Ikuti Laman ini, Supaya tidak ketinggalan updatenya. Follow me : )

Aku, Dia, & Sahabatku PART#02

by Portal Media Tarbiyah

Part 02 - baca Part 01

Malam ini udara semakin dingin sedingin sikap kak azam yang akhir-akhir ini berubah. Hatinya kembali membeku, dia juga tidak menyapaku ketika saling bertemu. Apa dia marah? Entahlah. Dia semakin jauh dariku dan semakin dekat dengan Lila. Aku bingung mengambarkan perasaanku antara senang dan tidak. Aku senang sahabatku Lila bahagia, disisi lain aku sakit ketika melihat mereka. Bukankah ini keputusanku? maka aku sendiri yang akan menerima akibatnya.

“Kamu suka sama siapa?? Katakanlah. Jika tidak! Aku anggap kamu benar-benar menyukai leo” kak Azam menghampiriku dikantin, saat mengetahui aku mulai dekat dengan kak Leo, temen kelas kak Azam.

Aku menarik napas dalam-dalam. Aku mengatakan hal bodoh pada kak Azam.

  Benar sekali aku suka kak Leo.” Jawabku. Aku mengakui sebuah kebohongan, demi sahabatku.

“Baguslah kalau gitu. Jangan ada baper diantara kita. Jaga dirimu baik-baik. Sepertinya aku tidak ada waktu lagi untuk menghabiskan waktu bersamamu. Sepertinya sudah menyukai sahabatmu Lila”

Aku memalingkan wajahku saat serasa air mata ingin keluar dari pelupuk mata. Pernyataan itu bener-benar menyayat hatiku. Aku tak dapat mengeluarkan suara sedikit pun. Aku pilu.

 Percakapan itu sudah berlalu selama 3 bulan. Bener sekali, aku berdusta terhadap perasaanku sendiri semenjak sahabatku Lila mencintai kak Azam, aku sedikit menjaga jarak dengannya, aku juga sering cuek ke Kak Azam, padalah kak Azam baik. Aku melakukan itu agar Lila bisa lebih deket dengannya. Mengenai kak Leo aku sudah menceritakan kalau aku tidak sungguh dalam menyukainya, dia juga memahami itu.

Dalam keadanku sendiri tentunya aku sedih berjauhan dan tak saling sapa. Aku merasa ada yang hilang dalam hidupku. Aku menyayangi kak Azam juga menyayangi sahabatku.  Jangan tanya mengenai soal hati, aku menahan sesaknya rindu. Aku rindu dimana ketika kami saling bercanda dan ketawa bersama. Hari-hariku pun tanpa senyum, pagi hariku mendung, dan malam hari tak menampakkan hias bintang-bintang. Aku hanya mampu melihatmu dibalik tirai rindu dan anganku yang masih tak menyatu.

Malam ini aku menginap dirumah Lila. Sudah terbiasa aku dengannya. Tidur bersama, mandi bersama, main bersama, dan apa-apa bersama.

 “Anna kamu kenapa?”

“Eh, kok belum tidur kamu Li.?”

“Aku tanya kamu kenapa Na?” Lila tampak khawatir

“Aku lagi mandang langit nih. Akhir-akhir musing hujan. Awan mendung, dan bintang-bintang tak lagi Nampak. Bulanpun bersembunyi dibawah awan hitam”

“Na, akhir-akhir ini kamu jarang cerita sama aku. Kamu marah sama aku? Apa ada yang salah dariku. Na, katakana! Apa aku menyakitimu.?”

“Lila, kenapa kamu menanyakan hal itu? Mana mungkin aku marah sama kamu. Kamu sahabat aku yang paling baik bukan?, mana mungkin kamu menyakitiku.”

“Anna.. kalau ada sesuatu katakan padaku. Aku khawatir”

“Iya Sahabatku. Oya.. kamu baik-baik saja kan Li, gimana sama kak Azam? Kamu gak di apa-apain kan? Kalau dia macam-macam sama kamu atau bikin sakit hati. Aku ada bersamamu Li, kalau kamu sampek dibikin sedih, ada aku yang akan berhadapan langsung dengannya. Tenang nanti ada aku yang gebukin,. Hahah” aku mencoba tertawa

“Kamu Na, kek gak tau kak Azam aja, dia masih baik kok. Malah perhatian banget sama aku. Dan ada satu hal penting kak Azam mau ngelamar aku 1 bulan lagi. Senangnya aku Na.”

Aku terdiam sejenak. Air mataku jatuh tanpa permisi. Ya Allah mengapa sesakit ini aku mendengarnya. Bukankan ini berita baik. Harusnya aku bahagia.

“kamu kenapa Na? kok sedih gitu, kamu gak suka dengar berita ini”

“Ya ampun Li. Kamu kok mikirnya gitu, ini namanya terharu. Aku senang dengarnya” aku memeluk tubuh Lila dengan hangat. Air mataku masih saja jatuh, dan semakin deras. “Gak ada sahabat yang gak senang liat sahabatnya bahagia Li. Kamu bukan hanya sahabat bagiku tapi saudara. Dengar, aku sayang sama kamu Li, dan tentunya aku ingin kamu bahagia.” Lanjutku.

Lila membalas pelukanku “Aku juga sayang kamu Na. aku gak mau kehilangan kamu. Kamu jangan pernah berubah, apalagi ninggalin aku”

*****

Azam POV

2 Minggu berlalu, sejak kepergian Anna ke Jakarta kampus terasa begitu sangat membosankan bagiku. Memang sebelumnya kami saling tidak tegur sapa, aku masih sebal kepadanya karena dia sering mengabaikanku dan malah lebih sering dekat dengan Leo temanku. Sungguh aku ingin marah namun tidak bisa, hingga akhirnya aku menjauhinya dan diam. Saat dia menyatakan bahwa dia menyukai Leo, entah mengapa aku begitu kecewa dan marah kepadanya. Lila, dia orangnya baik. Aku juga menyukainya namun rasa suka itu melebihi rasa sukaku terhadap Anna, dia begitu polos, apalagi saat aku menggodanya kedua pipinya gampang berubah menjadi tomat lucu banget. Aku benar-benar merindukannya, setidaknya walaupun aku dikampus tidak saling sapa aku masih melihatnya entah ketika dia kekantin tertawa dengan teman-temannya, dan juga terkadang menyendiri dengan buku dairy yang selalu dia bawa. Entah apa isi dari buku dairy tersebut.

 3 minggu yang lalu, aku menyatakan bahwa aku akan melamar Lila. Semua teras tiba-tiba. Walaupun sebenarnya aku menyukai Anna, bukannya Lila.

“Kak azam. Anna belum juga membalas pesanku. Sudah 5 hari dia tidak menghubungiku, pesan pun belum dia baca, aku telfon tapi tidak ada jawaban. Aku sungguh merindukannya, apakah kita perlu ke Jakarta menemui Anna dirumah tantenya. Sungguh aku tidak bisa menunggu. Aku khawatir” Lila tampak sedih kedua matanya berkaca

“Iya, nanti kita kesana kalau Anna belum juga ada kabar. Sudah dong jangan sedih” Aku mencoba menenangkan Lila dan memberi kan sebuah permen lollipop, kesukaannya.

“Makasih kak Azam”

 Sudah 1 minggu Anna belum ada kabar. Aku dan Lila memutuskan akan pergi ke Jakarta untuk menemuinya. Sekarang kami akan kebandara Juanda yang terletak di Sidoarjo kota Surabaya.

Diperjalan…

“Ada apa dengan Anna. Mengapa dia tidak mengabariku, dia selalu buat aku khawatir”

“Tenang nanti kita pasti sampai. Kamu masih ingat alamat rumah tantenya bukan?”

“tentu kak.”

2 jam kemudian, kami sampai dirumah tantenya Anna.

“Assalamualaikum..?’

“Waalaikumsalam, loh ada Lila.” wanita yang terlihat akrab dengan Lila ini mungkin saja tantenya. “Siapa dia?” tanyanya, saat melihatku.

“Dia calon tunangan Lila Te. 1 minggu lagi lila akan bertunangan. Kenalin namanya Azam.” Lila memperkenakna diriku.

“Salam tante. Saya Azam” aku mencium punggung tangannya.

“Gantengnya..” tante Anna tersenyum menyambutku.

“Emm kalian kesini mau cari Anna bukan?” wajah tante tersebut tanpa murung, seakan sulit untuk mengatakan sesuatu.

“Iya tante. Anna gak ada kabar, Lila rindu. Mana Anna te?”

“Ayo masuk kedalam dulu. Kita bicara disana” tante Anna mengajak kami keruang tamu dan menyuruh kami duduk di sofa. Aku punya firasa tidak baik. Entah hatiku semakin gelisah, tidak tenang.

“Maaf untuk mengatakan hal ini. Anna sudah meninggal 4 hari kemaren”

Lila tertawa dengan begitu keras “Ah, tante. Gak lucu tau. Mana Anna, pasti dia mau main petak umet ya? Anna kamu dimana kita udah besar, jangan main petak umpet gak lucu tahu” Lila beranjak dari tempat duduknya mencoba mencari disetiap ruangan. Namun nihil Lila tidak menemukannya. Aku mulai khawatir, napasku seakan tiba-tiba berhenti. Nyesek.

“Anna sakit kanker hati. Dia sudah sakit selama bertahun tahun. Dia ke Jakarta untuk berobat” Tante Anna mulai meneteskan air matanya. Tidak, ini tidak mungkin. Bulan-bulan yang lalu dia tampak baik-baik saja.

“Tante. Mengapa aku gak tau. Aku sahabatnya bukan? Mengapa dia menyembunyikan ini semua. Mengapa dia meninggalkan aku secepat ini. Ini mungkin mimpi, tidak ini pasti mimpi. Kak cubit aku, aku mau bangun dari mimpi ini. Aku mau bertemu Anna, bangunin aku kak, tantee..”  Hiks.. hiks Lila tiba-tiba terisak begitu keras. Dia tak sanggup menahan, dia menangis sejadi-jadinya. Serasa sesak dan menyesakkan. Aku juga tak bisa menahnnya. Tante Anna juga tak bisa menahan tangisnya, mereka berdua saling berpelukan dengan menahan tangis.

“Lila aku harap kamu bisa lebih sabar. Tante juga sedih nak” ia sudah tak bisa membendung tangisannya lagi. Aku juga terisak dan sesak. Aku tak pernah merasakan hal sesakit ini. Ini begitu menyakitkan.

Lila terus menangis hingga tak sadarkan diri. Akhirnya Lila di bawa kekamar dan di biarkan untuk istirahat

“Azam, biar nanti tante panggilkan dokter. Dia mungkin syok. Mereka dari kecil sudah bersama. Oya. ada surat dari anna sebelum dia meninggal” Tante Anna memberiku sebuah surat.

“Untukku te?”  tante Anna mengangguk. Aku mengambilnya, lalu membacanya.

Tatapanku kosong. Pandanganku tak pernah berpaling, aku masih saja membaca surat terakhir Anna. Dari tadi aku hanya melamun. Semua masing tentang Anna. Mengapa kita harus dipisahkan seperti ini. Semua begitu sulit untuk diterima. Dia juga menyukai ku selama ini, betapa bodohnya, aku tidak menyadari itu. Tak sabar, air mataku menetes kembali menghujankan surat yang tengah aku pegang. Aku merindukanmu, Anna.

Assalamuaikum wr.wb

Untuk Kak Azam…

Kak, terima kasih untuk semuanya. Aku menulis surat ini sambil mengingat bagaimana pertemuan pertama kali kita dulu. Sejak saat itu ada sebuah rasa yang tiba-tiba muncul dihatiku. Kak Azam begitu dingin dulu, tapi hebatnya Kak Azam orang pertama yang berhasil meluluhkan hatiku, aku selalu diam-diam memperhatikan kak Azam. Aku senang kita diberi kesempatan bertemu, berteman dan bercanda bersama. Namun setelah itu aku mengetahui kalau Lila juga menyukai kakak. Kak, maaf karena aku menjauhi kak Azam, aku melakukan semua itu demi sahabatku Lila. Dia benar-benar menyukai Kak Azam. Sahabatku lebih penting dari pada perasaanku.. Aku mohon, jagalah Lila dengan baik. Kebahagian Lila, kebahagiaanku juga. Aku mempercayai kak Azam.

Wassalamualaikum wr.wb


Post a Comment