Aku, Dia, & Sahabatku
![]() |
by Portal Media Tarbiyah |
Anna Pov
“Dek Anna!” Suara
itu memanggilku.
Sore ini hujan
turun menyelimuti kota Lumajang. Kota kelahiranku, kota dimana aku mencari ilmu
hingga jenjang perguruan tinggi ini, dan kota dimana aku bertemu dengannya, Azam.
Sosok laki-laki yang mampu menggetarkan hatiku,dan
mampu menghabiskan waktuku karena memikirkannya.
Tepat sekali aku menyukainya sejak 2 tahun yang lalu,
sejak pertama kali aku masuk kuliah di kampus hijau, Univ Lumajang. Saat pertama kali bertemu
yaitu ketika dia menemaniku saat sakit pada kegiatan Orientasi Penerimaan
Mahasiswa Baru tahun 2018. Waktu itu wajahnya terlalu dingin, sedingin salju.
Dia tidak berbicara banyak hanya menawarkan sebuah obat untuk aku minum, aku
juga tidak tahu siapa namanya, saat pertama kali melihatnya seperti ada getaran
listrik yang menyambar hatiku dan aku tak pernah merasakan itu sebelumnya. Menjelang
beberapa bulan selepas OPMB 2018 dia memperkenalkan diri di hadapanku. Entah
harus kugambarkan seperti apa. Itu benar-benar membuatku salah tingkah, aku
salah tingkah berada di depannya. Hatiku seperti kesetrum listrik. Ada rasa
nyaman saat bersamanya. Tak kan ku lupa bagaimana rasanya waktu itu. Aku
mengaguminya.
“Hujan sudah reda.
Apa kau masih mau berdiri disini” ujarnya sambil tersenyum.
Aku tersenyum
getir. Aku melamunkan dirinya hingga tak kusadari aku masih berdiri didepan
kantin kampus.
“Kak Azam sejak
kapan ada disini?” tanyaku gugup.
“Agak lama sambil
memperhatikan dek Anna yang lagi ngelamun sambil senyum-senyum sendiri. Ayo..
ngelamunin kak Azam ya?” Kak Azam mencoba menggodaku.
“Mana ada. Gak ada
ngelamun kok” bela ku sambil memegang kedua pipiku, karena khawatir pipiku
berubah menjadi tomat karena godaannya.
Kak Azam diam
sejenak. Lalu mendekatkan dirinya dihadapanku, menatap mimik kedua mataku.
Deg.. deg.. deg jantungku oh tidak jantungku gak bisa diam.
“Wajahnya kok
gitu. Dek Anna suka ya sama kak Azam?” ya ampun aku panik, ini bukan waktu yang
tepat, aku harus jawab apa ini, jawab apa? Jangan sampai ketahuan deh.
“Kok tanya gitu
sih kak?” ujarku cengengesan menahan malu.
“Jangan-jangan dek
Anna bener-bener suka ya.?” godanya lagi.
“Gak lucu” jawabku
ketus
“Tapi kenapa tuh
pipinya merah!” Kak Azam menahan tawa
Blusss… habis
sudah berubah jadi tomat kedua pipiku. Hiks.. hiks.. sadisnya.
Hari demi hari aku
dan kak Azam semakin dekat Kedekatan itu semakin menumbuhkan rasa sukaku
terhadapnya. Bagaikan sebuah bibit yang di rawat semakin hari semakin tumbuh besar. Seperti itu pula perasaanku padanya. Namun
aku sadari perhatian yang selalu kak Azam berikan hanya lah semata dia
menganggapku sebagia seorang adek kelas, gak lebih dan gak ada diskon. Hahaha
“Anna.. kamu
kenapa akhir-akhir ini senyum-senyum sendiri?” Lila sahabatku, membuyarkan
lamunanku. Aku terkejut. Astaga apa yang aku pikirkan. Kak Azam benar-benar jadi hantu yang bergentanyangan dalam
pikiranku. Aku tersadar aku sudah mulai gila memikirkannya.
“Eh, maaf Li tadi
anuu..heheh..”
“Anu.. anu apaan
mulai gak waras kamu ya Na. jangan sering-sering ngelamun Na, aku sebagai
sahabat kamu khawatir Na, kalau kamu nanti gak waras. Nanti aku gak punya
sahabat kek kamu ?” cibir Lila sambil mencubit kedua pipiku. Aku meringis
kesakitan, Lila kalau udah giliran nyubit minta ampun dah.
“Sakitttt Liiii
Astagfirullah” Lila ketawa melihaku menahan sakit. Dasar sahabat sadis, tapi
aku sayang. Dia sahabatku sedari kecil walaupun sering nyebelin tapi dia yang
terbaik.
“Eh Li, aku mau
cerita nih. Kak Azam baik ya orangnya?”
“Iya memang..
selain baik, pinter juga dan perhatian.heheh”
Lila terdiam
sejenak. Dia mengubah posisi duduknya, dan memegang tanganku dengan erat.
“Kamu jujur ya?
kamu ada perasaan gak sama Kak Azam ?”
DUUAAAAARRRRR… bagaikan suara petir menyambar telingaku. Mana mungkin aku bisa
jujur pada sahabatku ini setelah aku mengetahui 1 bulan yang lalu aku tak
sengaja membaca buku diary Lila yang mana dia juga menyukai kak Azam. Tidak ini
tidak bener mengapa dia tiba-tiba tanya seperti itu. Dia juga menyembunyikan
rasa suka nya terhadap kak Azam.
“Kok tanya gitu
sih Li. Ya.. enggak lah. Cuma suka aja sama kak Azam tapi sebagai kakak kelas
aja” jawabku sambil cengengesan.
“Beneran serius
aku tanya Na.?” Lila mencoba memastikan wajahnya tampak serius.
“Memangnya kenapa
sih Li.? Aku serius juga kok gak ada perasaan apa-apa” Dustaku dari kata benar.
“Bener ya ?
soalnya aku akhir-akhir ini lumayan deket sama kak Azam. Takut kamu cemburu.
Hahaha?’
“Ya ampun Li.
Kirain kenapa, gak pa-pa kok. Setuju aku kalau kamu sama kak Azam deket”
“Anna... Kamu
memang sahabat aku yang paliiiinggg baikkkk. Jadi tambah sayang deh.” Lila
memeluk dan mencium pipiku. Dia tampak senang. Aku tersenyum.
“Eh ayo kekantin?
Ada kak Azam disana ?” ajakku.
“Mau.. mau..” Lila langsung beranjak dari tempat duduknya, menarik
pergelangan tangan kananku, tanpak gak sabar ingin bertemu kak Azam.
Bersambung..... Part 02
*****