Yuk Ikuti Laman ini, Supaya tidak ketinggalan updatenya. Follow me : )

TEORI PERSPEKTIF MANUSIA

sumber: pinterest.id


Pernahkah kalian (manusia)  memikirkan bagaimana takdir jalan hidup kalian (manusia)?, apakah kalian diciptakan dalam keadaan baik?, ataukah dalam keadaan kosong?, apakah kehidupan kalian ditentukan sepenuhnya oleh Tuhan?, ataukah kehidupan kalian ditentukan oleh diri kalian sendiri?,  dan tuhammu cukup menciptakan?, mungkinkan faktor lingkunga kalian juga mempengaruhi jalan hidup kalian?, ataukah cukup faktor dari dalam diri kalian saja yang berperan?


Bukankah pertanyaan ini sangat menarik untuk dikaji oleh kita sebagai manusia yang menjalankan peran dimuka bumi ini, yang di istimewakan sekaligus memiliki beban pertanggung jawaban di akhirat nanti. Maka pembahasan mengenai teori perspektif manusia ini saya rasa mampu sedikit memberikan gambaran akan kiblat manakah yang kalian ambil dalam memandang jalan hidup kalian.


Teori Perspektif Manusia


Untuk memahami manusia itu ada teorinya, teori fatalistik salah satunya, teori ini memandang bahwa kehidupan manusia sudah ditetapkan oleh Tuhannya, hingga detail yang paling kecil, jika kita lihat pada pembahasan dalam aliran-aliran dalam teologi islam, pandangan fatalis ini hampir sama dengan pandangan jabariyah yang berpendapat bahwasanya segala tingkah laku manusia ditentukan oleh tuhannya kita sebagai manusia tidak memiliki daya apapun untuk menentukannya, menurut mereka orang jahat atau baik itu takdir, seberusaha apapun mereka menjadi orang baik apabila takdir tuhan sudah menetapakan mereka menjadi jahat segala usaha itu sia-sia, begitupun sebaliknya ketika mereka berusaha menjadi orang baik, perspektif ini menyebabkan manusia seperti tidak memiliki fitrah karna semuanya ditentukan oleh Tuhan, selain itu perspektif ini juga menjadikan penganutnya menjadi malas, dan cenderung pasif karna mereka memandang dirinya tidak mampu berbuat apapun, meraka digambarkan seperti pada kutipan “Mereka telah kalah sebelum bertanding dan mati sebelum berperang”. 


Berikutnya adalah prespektik behaviorisme, kalo dalam agama islam seperti pada hadist “kullu mauludin yuladu alal fitrah” dimana manusia itu dilahirkan dalam keadaan fitrah atau kosong, bisa diibaratkan pula seperti kertas putih, dan dia sendiri yang akan menulis jalan hidupnya, jadi nantinya akan menjadi baik atau jahat itu tergantung pada dialektikanya dengan lingkungan sekitarnya, hidup sesorang ditentukan pada perjuangan dan kisah hidupnya. Maka berarti menurut pandangan ini manusia tidak memiliki pakem awal, jalan kehidupan kalian bisa berubah-ubah sesuai input yang kalian terima. Misal seperti ini, kalian pada awalnya seorang anak kecil yang fitrah atau kosong dan kalian tinggal pada lingkungan keluarga yang baik dan menjadi sosok anak baik, akan tetapi setelah bersekolah kalian tinggal dilingkungan yang buruk akhirnya malah menjadi anak nakal, itu semua tergantung dialektika dengan lingkungan sekelilingnya, jadi karna dulu kalian tinggal dilingkungan baik kemudian mengenal lingkungan buruk maka dampaknya seperti itu, semuanya bisa berubah tergantung bagaimana intraksi kita terhadap lingkungan. Tapi perlu diingat juga menurut perspektif pandangan ini tentang  kita yang diciptakan dalam keadaan fitrah atau kosong, disini dalam keadaan kosongpun Tuhan telah membekali kita seperti yang tertera pada QS. An-Nahl ayat 78 dimana Allah SWT memberikan telinga mata dan hati sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas hidup hambanya.


Berikutnya adalah pandangan dualisme, pandangan ini berpendapat bahwa dalam diri kita ada dua potensi sekaligus. Jadi, kita tidak kosong, ada kecenderungan atau orientasi kearah kebaikan dan keburukan, kita tinggal memilih yang akan kita aktualkan. Maka dari itu jika memakai pandangan dualisme, sudah seharusnya kita kembali atau mengaktualkan  diri pada fitrah yang baik, karna kita juga mmiliki daya akan fitrah yang buruk. Dalam diri manusia terus menerus berlangsung pertarungan antara dua orientasi ini.


Berikutnya adalah pandangan humanisme, pandangan ini percaya bahwa manusia diciptakan dengan membawa fitrah baik saja, jika dia melakukan hal negative maka dia telah menyeleweng terhadap fitrahnya. Terkadang lingkungan mampu membuat orang lupa pada fitrah baiknya tapi pandangan humanisme percaya akan manusia dan kemanusiaan, kalo manusia setia pada fitrahnya dia pasti baik


Dan pandangan yang terakhir adalah psikoanalisis, psikoanalisis ini lebih melihat bahwa manusia selalu didorong oleh insting, pandangan ini kebalikan dari pandangan behaviorisme yang memandang manusia dipengaruhi oleh faktor lingkungannya, sedangkan psikoanalisis sendiri berpendapat bahwa manusia itu dipengaruhi oleh dorongan dari dalam dirinya, jadi manusia itu atur oleh unsur psikisnya yaitu dorongan dari dalam dirinya. Insting sendiri adalah timbunan pengalaman yang mempengaruhi psikologi kita.


Dari kelima pandangan ini mungkin bisa memberikan gambaran pandangan mana yang kalian gunakan dalam memaknai kehidupan, kelima teori ini pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan setiap penganutnya menganggap teorinya benar, jadi bolehlah kalian merenungkan kembali prespektif mana yang sekiraya benar menurut hati nurani kalian dan tentunya sesuai ajaran islam, kendati prespektif kita berbeda namun perlu diingat, pada intinya fitrah baiklah yang harus dijalankan.


 Penulis 

 Nanda Fitri Anisa'


 

Posting Komentar