Antara Islam dan Mohammedanisme
![]() |
Sumber: https://pin.it/5l8irQasc |
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT, untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri dan dengan sesamanya.
Definisi ini diambil dari beberapa nash, baik al-qur'an maupun hadist. Definisi itu sendiri merupakan realitas yang bersifat Jami' (komperhensif) dan Mani' (Protektif). Artinya, definisi itu harus menyeluruh meliputi aspek yang didefinisikan, dan memproteksi sifat-sifat diluar substansi yang didefinisikan. Inilah gambaran mengenai definisi yang benar
Batasan islam sebagai "Agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw" berusaha dimanipulasi oleh orientalis H.A.R Gibb. Ini berangkat dari asumsi bahwa didalam islam, Hadist yang merupakan pernyataan (qawl), perbuatan (fi'il) dan diam yang menunjukkan pengakuan (taqrir) Nabi Saw, merupakan salah satu sumber ajaran islam yang fundamental, selain al-Qur'an itu sendiri. Karna hadist merupakan pernyataan, perbuatan dan taqrir Nabi Saw, maka dapat disimpulkan bahwa Muhammad Saw, bukan hanya Nabi yang menyampaikan ajaran, melainkan juga pendiri islam. Dari sinilah kemudian lahir istilah Mohammedanism yang artinya adalah paham atau ajaran yang didirikan oleh Muhammad. Istilah Mohammedanism digunakan karna Muhammad lah pendirinya. Klaim yang nisbatnya disandarkan kepada Nabi Saw.
Gagasan Mohammadenism ini sama dengan konsep relativisme madzhab. Artinya, jika orang islam telah mengenal makna Hanafiyah, Malikiyah, Syafi'iyah dan Hanabilah, ataupun Zaydiyyah dan Ja'fariyah sebagai mazhab yang sah dan diterima oleh orang islam dan diakui oleh islam itu sendiri. Paham-paham tersebut dibangun oleh para pendirinya, dimana perbedaan terhadap masing-masing dibenarkan, karena merupakan hasil ijtihad masing-masing mujtahidnya. Jika demikian, maka islam yang dikonotasikan dengan Mohammedanisme ini adalah sama. Artinya kebenaran islam masih bisa diperdebatkan, karna kebenaran islam bersifat relatif, tidak mutlak. Karena islam adalah ajaran yang didirikan oleh Muhammad Saw.
Dengan demikian konsep ini berusaha untuk menolak, bahwa islam adalah murni dari Allah, tanpa intervensi manusia. Karna itu gagasan Mohammedanisme ini mengajukan gagasan ketidakperluan untuk fanatik terhadap ajaran islam.
Untuk menyanggah pandangan dan manipulasi ini ada dua hal yang dapat digunakan: Pertama, hakikat hadist yang menjadi sumber ajaran Islam fundamental; kedua, kedudukan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, apakah diizinkan untuk melakukan ijtihad? Kedua standar inilah yang menjadi standar untuk menolak pandangan H.A.R. Gibb diatas untuk menghancurkan islam dengan mengeksploitasi pandangan ulama' Islam.
Penulis
Nurul Hidayah